Saturday, 22 March 2014

Wangi Floral - Tuberose (Sedap Malam)

Tuberose yang dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan Sedap Malam merupakan salah satu bunga yang minyaknya sering dijadikan dalam pembuatan parfum. Tuberose memiliki nama latin Polianthes tuberosa dan tergolong dalam tanaman suku Agavaceae. Tanaman ini merupakan jenis tanaman umbi. Wangi tuberose digambarkan sebagai aroma manis dan eksotis.

Wangi bunga ini merupakan salah satu favorit saya yang mengingatkan pada masa kampus saya. Teman - teman kampus saya sering mengatakan wangi bunga ini adalah ciri khas saya. Saya adalah penggemar wangi melati, sedap malam, dan mawar. Tiga wewangian tersebut merupakan salah satu pertimbangan saya dalam memilih parfum. Ketika di kampus dulu saya sering sekali menggunakan wangi dasar sedap malam dan melati sehingga ketika mencium wangi bunga tersebut teman - teman saya sering mengatakan itu adalah aroma saya.

Disebut sebagai Sedap Malam karena bunga ini mekar dan menebar wangi ketika malam hari. Bunga mekar dari rumpun bagian bawah terlebih dahulu. Bunga ini dapat bertahan 5 hingga 10 hari dalam vas bunga. Bunga ini di Indonesia sering dipakai sebagai lambang pernikahan dan dekorasi pengantin. Untuk selanjutnya saya akan menggunakan istilah Tuberose dari pada Sedap Malam untuk mempermudah penulisan. Dalam tradisi Ayurveda, bunga ini digunakan untuk menenangkan batin. Beberapa cerita mengungkapkan bahwa dahulu Suku Aztec menggunakan tuberose sebagai campuran biji kakao, vanila, dan cabai untuk pembuatan minuman yang disebut "minuman para dewa". Para wanita di India membuat karangan bunga dari tuberose yang disebut Maalai untuk persembahan di kuil. Selain untuk parfum, tuberose banyak juga dimanfaatkan sebagai campuran kosmetik.
Bunga ini meskipun dijadikan sebagai bunga identitas Jawa Timur, asal mulanya adalah dari daerah Meksiko. Bunga ini diperkirakan tersebar di India Timur dengan jalur perdagangan melalui Filipina. Dari migrasi tersebut diperkirakan terdapat dua jalur memasuki wilayah Eropa, yang satu melalui Spanyol menuju Languedoc (Perancis) dan melalui Persia kemudian Liguria memasuki Provence (Perancis). Perancis merupakan produsen utama tanaman bunga untuk pembuatan parfum di Eropa. Tuberose mulai tersebar di Indonesia seiring dengan masuknya bangsa Eropa dan Cina ke Indonesia.
Pada mulanya tuberose disebut oleh bangsa Aztec (Meksiko) sebagai omixochitl (bunga-tulang) karena warna putih bunga yang menyerupai lilin. Sebelum Polianthes tuberosa menjadi nama ilmiah, terlebih dahulu dikenal sebagai Hyacinthus indicus tuberosa radice pada tahun 1601, yang artinya tanaman umbi dari India. Disebut tuberose karena merupakan tanaman umbi (tuber), yang kemudian namanya menjadi Polianthes tuberosa dengan asal kata polis (Bahasa Yunani) artinya kota - kota dan anthos yang artinya bunga. Budi daya tuberose sebagai parfum kini banyak dilakukan di daerah Morocco, The Comoros, India, serta Cina. 




Tuberose sebagai parfum dapat memberikan aksen eksotis dan sensual. Penggunaan tuberose sebagai parfum sudah banyak dilakukan sejak awal abad ke-20. Setiap desainer parfum membuat dengan kekuatan konsentrasi yang berbeda - beda sesuai yang diinginkan. Serge Lutens banyak menggunakan jasmine dan tuberose sebagai bahan parfumnya. Serge Lutens Tubéreuse Criminelle dikenal oleh para perfumista sebagai parfum dengan wangi tuberose yang menonjol. Beberapa parfum lain yang menggunakan tuberose sebagai wangi yang dominan diantaranya Chanel Gardénia, Guerlain Jardins de Bagatelle, Guerlain Mahora, Chloé, Christian Dior Poison, Givenchy Amarige, Annick Goutal Gardenia Passion, dan masih banyak lainnya. Sebagai tambahan wangi tuberose pun ternyata terdapat dalam Jean Patou Joy, Balmain Jolie Madame, Hermès Amazone, serta masih banyak produk parfum lainnya

Sumber info :
http://en.wikipedia.org/wiki/Polianthes_tuberosa
http://www.fragrantica.com/news/Tuberose-Flower-Scent-History-and-Perfume-5041.html

No comments:

Post a Comment